Dalam teknologi laser, cahaya yang koheren menunjukkan suatu sumber cahaya yang memancarkan panjang gelombang yang diidentifikasi dari frekuensi yang sama, beda fasa yang konstan dan polarisasinya. Selanjutnya untuk menghasilkan sebuah cahaya yang koheren dari medium lasing adalah dengan mengontrol kemurnian, ukuran, dan bentuknya. Keluaran yang berkelanjutan dari laser dengan amplituda-konstan (dikenal sebagai CW atau gelombang berkelanjutan), atau detak, adalah dengan menggunakan teknik Q-switching, modelocking, atau gain-switching.
Sejak diperkenalkannya laser pada tahun 1960, sebagai sebuah penyelesaian suatu masalah, maka dalam perkembangan berikutnya laser telah digunakan secara meluas, dalam bermacam-macam aplikasi modern, termasuk dalam bidang optik, elektronik, optoelektronik, teknologi informasi, sains, kedokteran, industri, dan militer. Secara umum, laser dianggap suatu pencapaian teknologi yang paling berpengaruh dalam abad ke-20.
Umumnya laser beroperasi dalam spektrum tampak pada frekuensi sekitar 1014 Hertz-15 Hertz atau ratusan ribu kali frekuensi gelombang mikro. Pada awalnya peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan. Selain tidak efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Sinar laser yang dihasilkan belum terpancar lurus. Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya gampang meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer. Waktu itu, sebuah pancaran laser dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak titik dengan simpangan jarak hingga hitungan meter.
Beberapa kelebihan laser diantaranya adalah kekuatan daya keluarannya yang amat tinggi sangat diminati untuk beberapa applikasinya. Namun demikian laser dengan daya yang rendah sekalipun (beberapa miliwatt) yang digunakan dalam pemancaran, masih dapat membahayakan penglihatan manusia, karena pancaran cahaya laser dapat mengakibatkan mata seseorang yang terkena mengalami kebutaan dalam sesaat atau tetap.
Salah satu satu penyebab kekalahan Indonesia dari Malaysia di leg pertama Final AFF Suzuki 2010 adalah serangan sinar laser hijau yang dilakukan suporter Malaysia. Pada saat pertandingan final di stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (26/12), para suporter menyalakan sinar laser warna hijau yang mengganggu penglihatan para pemain timnas Indonesia.
Bambang Widyatmoko, Kepala Puslit Fisika LIPI kepada mediaindonesia.com, menjelaskan, bahwa intensitas sinar laser warna hijau lebih tinggi daripada laser merah. Sinar laser hijau yang berasal dari alat pointer memiliki diameter kecil, sehingga menyilaukan mata.
"Diameter berkasan sorotan sinar laser akan membesar pada jarak lebih dari 100 meter. Dan itu berbahaya sekaligus sangat menyilaukan mata," terang Bambang.
Ia menambahkan terdapat beberapa jenis laser pointer, di antaranya berwarna hijau dan merah. Bila sinar merah hanya bisa mencapai beberapa meter saja, sinar hijau memiliki kemampuan bisa menjelajah jarak mencapai 30 sampai 50 meter.
"Bagaimana dampaknya bagi kesehatan, perlu dilakukan pengukuran seberapa besar daya yang dihasilkan dari sinar laser tersebut," tambah Bambang.
Laser pointer berwarna hijau dan merah mudah didapat di toko buku dalam bentuk bulpen sehingga sulit dideteksi pihak keamanan. Biasanya pointer laser hijau buatan China dijual sekitar Rp150 ribu-Rp500 ribu.
7 komentar:
sayang sekali indonesia gagal menang dalam piala AFF waktu itu
Semoga di tahun berikutnya indonesia bisa menang
info yang bagus
wah ini pasti disengaja
indonesia kalah karena laser
thanks atas infonya
salam kenal mas
Posting Komentar